Minggu, 28 Mei 2017

Sungai kecil di wajah mungil

Derap langkah semakin tak beraturan. Malam makin terasa dingin menerpa kulit yang telah terbalut rapi oleh sweater merah marun. Siapa sangka, ponsel mini di tangan ku berhasil kembali menciptakan air mata. tanpa sengaja kembali mengusik ku dengan kisah-kisah yang rupanya tak pernah kuketahui dan tak ingin ku tau. Kendaraan masih bersemangat lalu lalang di malam itu. Hiasan lampu jalanan justru membuat pandanganku bertambah kabur terhalang air mata yang ingin tumpah.
Dalam keadaan yang teramat jujur, ditambah lantunan ayat-ayat suci yang menghiasi angkasa malam itu, aku semakin terjerat akan harap ku sendiri. Bak tersambar kilat
kisah masa lalu yang menjebak langkah masa depan.
Inilah puncak dari segala harap ku pada sang penguasa hati. Air mata yang makin deras mengalir, dipaksa hiasan senyum yang berusaha mengelabuinya, ah ternyata tak mampu. Baiklah, ku harus menunggu beberapa jam, untuk bercengkrama mesra denganNya setiba di rumah. Dalam senyap. Dalam gelap. ---
Aku datang menemuiNya, mengadukan segala harap dan resah, untuk sebuah keputusan. Atau mungkin keputusasaan yang tiba-tiba melesat cepat menghampiri.
kali ini aku tak kan malu, tak kan berusaha menutupi air mata yang ingin deras mengalir. dalam keadaan yang sepenuhnya pasrah menjalani kehendakNya.
ku pejam mataku untuk beberapa saat,seolah aku hanya ingin seperti itu. lalu lambat laun menghilang, berpisah dengan segala yang ada di dunia.
gelap. dengan air mata yang kian deras mengalir.
lalu suara lembut menghampiriku, ku hanya ingin terus terpejam. mendengar baik-baik suara yang datang. suara yang boleh jadi, dari hati kecil ku sendiri.
"bahwa Allah selalu menyelipkan hikmah dari segala cerita yang diberikanNya. meski bertahun-tahun dari awal pertemuan yang tanpa dihiasi kata dan perkenalan. meski sempat berada jauh terpisah ribuan kilometer berbeda siang dan malam, dan tentu.. dengan segala kisah masa lalu yang saling dimiliki. Allah kehendaki untuk bertemu dalam satu waktu, satu cerita, satu kesempatan di masa sekarang. bahkan boleh jadi, tanpa tersadar tercipta balok-balok harap masa depan yang perlahan-lahan ingin dibangun bersama. bukankah itu adalah bagian dari skenarioNya? sedangkan yang kau ketahui bahwa masa depan bisa tercipta dari masa lalu yang tak kan pernah bisa kau kembali kepadanya lagi."
suara yang perlahan mulai hilang menjauhi. air mataku semakin tak mampu ku bendung.
aku benar-benar tak bisa.. aku benar-benar tak mampu menopangnya sendiri.
untuk segala kisah masa lalunya, yang entah mengapa masih menyayat hati.
aku menyerahkan sekeping hatiku padaNya. akan rasa takut yang mengintai bahwa aku hanya akan dijadikan masa lalunya yang kesekian dengan alur cerita yang sama persis dengan sebelum-sebelumnya. sama persis dengan noktah rasa yang sebelum-sebelumnya. sama persis dengan perjalanan-perjalanannya sebelum aku.
aku kembali teringat wajah ibu dan ayah, yang rindu akan sosok pendamping yang mampu menjaga dan menjadi teman masa depan putri kecilnya.
aku harus bilang apa, aku harus bagaimana. cerita-cerita baik yang telah ku utarakan kepada mereka,membuat senyum merekah tercipta.
ini adalah ikhtiarku yang terakhir kali, aku menyerahkan sekeping hati ini kepada pemilikNya. dengan segala kerelaan yang ku punya. bukan lagi karena cinta ataupun tahta. tapi hanya demi mengharap ridhoNya dan ridho kedua orangtua. karena Ia juga pasti akan membuat hatiku lebih kokoh menopang segala cerita yang pernah singgah pada ia yang memang ditakdirkan bersama..

Tidak ada komentar:

Posting Komentar