Kamis, 08 September 2016

Kita saling dititipi..


Menjadi orang yang dipercaya untuk mendengar segala curahan hati dari teman, sahabat ataupun yang baru kenal rasanya bukan hal yang tabu lagi. Sekedar minta pendapat, ataupun sekedar jadi pendengar. Dari yang jomblo, gak jomblo, akan menikah bahkan yang sudah menikah.
Syukuri sisi baiknya, karena secara gak langsung mereka membuat kita lebih banyak belajar.

Ya, menjadi lebih banyak belajar. Terkadang ada yang membuat mengerutkan kening, senyum nyinyir, tertawa terpingkal-pingkal, senyum haru. Aku banyak belajar dari mereka-mereka, sungguh banyak.

Sampai pada aku terdiam pada suatu hal, hal yang sangat umum. Masalah hati, cinta, jodoh, menikah.
Aku, jelas sekali belum sampai pada 2 kata terakhir yang ku sebut barusan. Tapi dari mereka yang berbagi cerita, ku mendapat banyak pelajaran.

Hati, cinta, jodoh, menikah.

Adalah kata yang tak kan pernah selesai. Cerita yang ada padanya pun tak kan pernah selesai. Kita jatuh hati, ceritanya belum selesai, karena setelahnya masih ada cerita cinta. sudah jatuh cinta, itupun masih belum selesai, karena setelahnya ada cerita menerka-nerka akan jodohkah atau enggak. Buat yang nggak jodoh..ya ceritanya makin panjang,makin belum selesai :)
Kalo jodoh, ya ceritanya berakhir menikah. and? Apa cerita selesai? Happy ending...
Ternyata ceritanya masih ada.
Bahkan bisa lebih rumit dari cerita-cerita sebelum menikah. Pada titik itu, mungkin kita baru akan tersadar bahwa hati, cinta, jodoh, menikah tak kan pernah terhenti pada kata. Ia akan selalu menyimpan banyak cerita.
Ia akan selalu menyimpan ruang untuk kita berhenti sejenak, memahami, dan belajar.

Adalah keberanian besar bagi mereka yang memilih jalan untuk menikah, menggenapkan separuh Din. Adalah mereka yang berani memutuskan menikah, yang siap untuk mengukir cerita, dan belajar.

Tapi bekal tiap orang boleh jadi berbeda. Ada yang berbekal tapi ternyata hanya cukup untuk beberapa waktu perjalanan. Tapi ada juga yang berbekal untuk perjalanan panjang tanpa ada akhir. Siapa yang berbekal demikian?
Adalah mereka yang menikah lalu dibangun di atas misi. Misi ibadah yang membuahkan berkah, lalu terciptalah bahagia. apa guna bahagia, pabila tak ada ibadah di sana? Dan lalu, apakah bisa mencicip berkah ?

Adalah mereka yang menikah, yang sadar betul akan perjanjian maha dahsyat dengan Rabb semesta alam. Yang hanya akan goyah, pabila misi tadi, yang berupa ibadah memburu berkah mulai lagi tak dirasa.

"Sudah tidak cinta lagi, sudah tidak menarik lagi, ada yang lebih menyenangkan di luar sana, tidak ada kecocokan lagi" apakah hal demikian yang ternyata justru membuat goyah sebuah perjanjian? mungkin ini yang bekalnya hanya untuk beberapa waktu perjalanan.
Karena bagiku, menikah bukan tersebab kita telah mengenal baik seseorang, ia sempurna, cerdas, baik, romantis, cantik dan tampan parasnya. Tapi pernikahan justru proses untuk terus saling mengenal dan memahami satu sama lain tanpa ada batas akhir.

Cinta itu perlu misi, yang dapat membuahkan visi yang hanya bermuara kepadaNya.
Tentang pasangan hidup, orangtua, anak, saudara, kita tidak pernah saling memiliki. Kita hanya saling dititipi. Yang nanti akan kita buktikan dan pertanggungjawabkan di hadapanNya adalah apakah kebersamaan kita dengan mereka yang dicinta memberi maslahat untuk dunia dan akhirat kita..

Semoga berkah milik kita.
_CIGANJUR

Tidak ada komentar:

Posting Komentar